Ahmad

Pegiat literasi di STAI YPBWI Surabaya, setiap tarikan napas adalah anugerah tak ternilai, tiap goresan pena adalah kurnia tak terhingga, siar segala bajik, ra...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tak Semua Orang Seberuntung Kita, Nak
Sumber gambar: SC kanal ucupklaten

Tak Semua Orang Seberuntung Kita, Nak

Covid-19 benar-benar telah memberikan pelajaran berharga bagi semua orang yang bisa memaknainya. Ia datang dengan pelbagai permasalahan. Ada yang memaknainya sebagai ujian, cobaan bahkan hukuman.

Cara ampuh mengatasi persebarannya adalah dengan social distancing, phisical distancing. Dua istilah ini telah sangat akrab di telinga kita.

Dunia pendidikan tak luput, ikut pula merasakan imbasnya. Belajar dari rumah merupakan pilihan wajib bagi warga sekolah. Hal ini merupakan berkah ataukah musibah? Pada awalnya yang paling riang tentu saja anak-anak. Karena di depan mata terhampar “libur panjang”. Namun, lambat laun mereka mulai merasakan “schoolsick” rindu sekolah.

Ada banyak hal yang menyebabkan mereka rindu sekolah, di antaranya adalah kerinduan bertemu teman, guru, maupun jajanan sekolah. Tugas daring sebagai pemenuhan ketuntasan belajar menjadi momok baru mereka. Guru yang kurang bijak, akan membombardir mereka dengan segala tugas. Bagaimana bisa mereka harus menyelesaikan semua tugas tanpa bimbingan?

Pak Menteri memberi solusi, belajar daring lewat TVRI menjadi pilihan. Kini, pada bulan puasa ini, selain azan magrib acara yang paling ditunggu anak-anak adalah belajar dari rumah ala TVRI. Anak harus “menyetorkan” tugasnya secara daring kepada guru.

Permasalahan baru pun timbul. Tak semua anak memiliki fasilitas memadai. Bagi sebagian anak, gadget bukan lagi barang mewah. Dengan mudah, mereka bisa segera minta dibelikan seri terbaru. Akan tetapi, bagi sebagian yang lain, jangankan membeli gadget, keperluan makan saja mereka tidak memiliki kepastian.

Ada satu pengalaman yang sangat menarik yang penulis temui. Tatkala penulis mengunggah materi daring pembelajaran hari itu, seorang gurusianer, Bu Indah Patmawati beropini bahwa ada anak yang hanya bisa meringkuk di balik pintu sambil bercucur air mata karena orang tuanya tak memiliki Handpone, yang kini kehadirannya sepenting makan.

Opini tersebut benar-benar menampar kesadaran penulis. Betapa abai akan fakta bahwa ada sebagian anak yang kurang beruntung. Ketika ada anak yang mengeluhkan pada guru dalam grup whatsapp kelas tentang minimnya fasilitas gadget yang dibelikan orang tuanya, penulis pun punya kesempatan untuk memberikan pemahaman tentang mensyukuri nikmat Allah.

“Tak semua orang seberuntung kalian, Nak” demikian, penulis mengawali.

“Di luar sana, masih banyak anak yang tidak tahu harus makan apa hari ini, karena orang tuanya tidak memiliki cukup uang untuk makan hari itu. Apalagi untuk membeli telepon pintar.”

Rupanya penyadaran ini cukup mengena. Anak-anak bisa menyadari serta mensyukuri berkah yang mereka terima dalam hidup.

Jadi, meski Covid-19 ini “memaksa” kita untuk segera akrab dengan teknologi, tetapi jangan sampai euforia ini ikut pula mematikan kepekaan nurani.

Ada banyak guyonan yang dilontarkan ketika Mas Nadiem terpilih menggawangi Pendidikan Nasional. Latar belakang sebagai CEO sebuah perusahaan layanan transportasi daring memunculkan seloroh

“Nanti, belajarnya lewat aplikasi, ya” Sekarang sungguh terbukti, itu bukan hanya candaan. Belajar dengan sistem daring kini telah niscaya.

Permasalahan lain, tak semua guru memiliki segala fasilitas yang layak guna menunjang pembelajaran secara daring. Ada sebagian yang “gaptek”, bagi mereka dunia digital masih jauh dari panggang.

Ada pula yang terkendala sinyal yang lemah, lingkungan yang tidak ramah teknologi, ataupun segudang tuntutan di luar kependidikan.

Hal ini patut pula diperhatikan, bagi sebagian yang lain, mungkin dengan mudah mengatakan

“Ah, itu sih kurang usaha saja. Belajar, dong!”

Sebenarnya tak bisa diterima, simplifikasi seperti itu. Permasalahan yang dihadapi tiap individu beragam.

Semoga pandemi ini tak mematikan kepekaan kita. Masih banyak di luar sana, orang yang tak seberuntung kita.

Gresik, 05-05-2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Syukuri apa yang ada pada kita,, semoga kita jadi hamba Allah yang selalu bersyukur..Aamiin

05 May
Balas

Njih, sepakat. Semakin bersyukur, nikmat Allah bertambah. Terima kasih, Bu Ilmaryeti. Barakallahu lak

05 May



search

New Post