Ahmad

Pegiat literasi di STAI YPBWI Surabaya, setiap tarikan napas adalah anugerah tak ternilai, tiap goresan pena adalah kurnia tak terhingga, siar segala bajik, ra...

Selengkapnya
Navigasi Web

Karina, Karenina, serta Corona

Karina tergugu. Tak pernah orang memburunya seperti sekarang. Pandangan itu amat menyakitkan. Tak pernah ia dianggap sehina ini. Pandangan penuh sinis mengarah pada dirinya. Kini, ia yang dipersalahkan. Padahal, sebelumnya tak pernah ada yang mempersoalkannya.

“Aku tak tahan lagi!” rengeknya menghiba.

Karenina, saudara kandung yang sedari tadi melihat, hanya terdiam. Ia pun tak bisa berbuat apa-apa. Situasi ini benar-benar sulit. Corona, ya hanya karena Corona. Yang membuat hidupnya kini hancur berkeping. Martabatnya direndahkan. Padahal sebelum ini tak ada masalah dengan hidupnya.

Gua tempat mereka tinggal telah diubrak-abrik serombongan orang. Entah siapa merka. Bahkan, pintu keluar gua telah ditutup jaring. Apa mereka tidak tahu bahwa penghuni gua juga memiliki hak yang sama. Perlu asupan makanan. Hal itu tak bisa dilakukannya jika huniannya ini tertutup rapat. Sayapnya butuh bergerak. Sumber makanan yang berupa serangga, aneka kuman, serta bebuahan hanya bisa diperoleh ketika ia keluar di senja hari. Buah-buahan hutan yang jadi suplemen penambah daya tahan.

Kini tak ada lagi serangga segar yang bisa disantap. Tubuh Karina semakin panas. Satu tangan yang dipakai tumpuan menggantung pada atap gua mulai sedikit gemetar. Kelaparan ini menyiksa.

“Tetap bertahan, Karin! Kita akan bisa melalui ini bersama. Percayalah, Tuhan pasti akan menolong hamba-Nya.” Air bening bergulir dari sudut mata Karin.

Tubuh gemetar itu kini tak kuat lagi. Cengkeraman kuku pada atap gua mulai melonggar. Ia masih berjuang. Tak membiarkan tubuhnya menyerah kalah. Kalah oleh kelaparan yang benar-benar menjajahnya. Ia tak kuat lagi. Genggaman itu akhirnya lepas. Sejenak tubuhnya melayang di gelap gua. Ia tak ingat lagi apa yang terjadi sesudahnya. Samar-samar Karin bisa menyaksikan saudara kandungnya melayang, Karen berusaha menahan laju tubuhnya. Tak membiarkan tubuh saudarinya hancur menimpa bebatuan tajam lantai gua.

“Karin!!! Tetap bertahan, adikku,” jerit Karen melihat tubuh saudarai yang dikasihinya semakin memanas. Setelah meletakkan tubuh Karin di atas batu lebar di lantai gua, ia melesat terbang menghantam jaring penutup gua. Tak peduli lagi keselamatan diri. Yang terpenting saat ini adalah menyelamatkan sudarinya. Akan tetapi, tubuh ringkihnya tak berdaya. Ia menangis. Di tengah keputus asaan itu ia melihat sedikit celah. Mungkin celah sempit ini akan bisa dijadikan pintu keluar dari neraka ini. Ternyata benar, celah ini cukup untuk tubuh kurusnya, bahkan berdua dengan adiknya.

Dengan sisa tenaga, Karen kembali ke tubuh adiknya yang menggigil tak berdaya. Menggotongnya di punggung. Tubuh mungil itu kini dalam penguasaannya. Segera ia melesat, melalui celah yang telah ditemukannnya. Sejenak ia merasakan segarnya udara malam. Udara inilah ladang makanannya. Sejenak ia berhenti di dahan pohon yang lebar. Tubuh adiknya di taruhnya hati-hati.

“Diam di sini dulu adikku, aku akan membawakan makanan untukmu.” Karen kembali mengepakkan sayapnya. Sebanyak mungkin ia tangkap serangga serta kuman yang beterbangan di gelap malam. Aneka serangga serta kuman itulah yang menguatkan tubuhnya. Karen mengumpulkan makanan. Dengan telalten ia menyuapi adiknya. Di kegelapan malam, ia rasakan tubuh adiknya mulai membaik. Indra penglihatan kelelawar memang tak begitu baik, tapi ia punya kemampuan menangkap gelombang ultrasonik yang memantul dari benda-benda di sekelilingnya.

“Terima kasih, Kak.” Suara lemah Karin itu cukup menenteramkan hatinya. Usahanya tak sia-sia. Segera ia menghambur. Memeluk tubuh adik yang sangat disayanginya. Adik yang hampir saja pergi meninggalkannya. Serangga, aneka kuman serta bebuahan itu menjadi obat untuk adik yang berhasil ditolongnya.

Gresik, 21 03 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post